Entah
sudah berapa lama aku tak menambah coretan di lembar buku diaryku. Entah sudah
berapa lama folder “TULISAN” dalam laptopku tak bertambah dengan dokumen baru.
Rasanya malas menggerakkan tanganku untuk menulis cerita di lembar kosong itu. Rasanya
malas untuk menarikan jemariku untuk mengetik kisah di laptopku. Tapi aku rindu
menulis. Bukankah dari dulu aku cinta menulis? Bukankah dari dulu aku ingin
menjadi penulis? Namun tiap kali niat itu muncul, aku takut. Entah kenapa.
Mungkin aku sudah kehabisan cerita. Atau, aku sudah malas merekam kisah hidupku
dalam tulisan. Aku seperti kehilangan jiwa.
Aku ingin
kembali menulis. Menulis apa saja tanpa rasa takut. Menulis hal apapun tanpa
beban, tanpa takut jelek. Aku ingin kembali seperti dulu. Menulis dengan
hati. Aku ingin menghidupkan tulisanku,
meski bukan lagi tentang kamu. Iya kamu, yang selama ini menjadi tokoh utama di
setiap tulisanku. Aku sudah bosan, tepatnya lelah, menjadikanmu tokoh utama
dalam tulisanku, juga hatiku. Bukankah sudah terlalu lama aku jalani semua ini?
Aku bosan, menulis cerita tentang cinta diam-diam, yang entah sampai kapan
takkan berganti topik. Padahal jika aku mau, aku bisa merangkai kisah yang
lebih indah di luar sana, dengan tokoh-tokoh lain yang lebih hidup dari kamu.
Sebenarnya
ini bukan salahmu, sama sekali bukan salahmu. Bahkan kamu tak tau apa-apa
tentang ini semua. Ini semua salahku,
yang membiarkan kisah ini mengalir tanpa kamu pernah tau bahwa kamulah tokoh
utamanya. Dan aku yang membiarkan kisah ini tetap menjadi kisah cinta
diam-diam, cinta sendiri, cinta tak berbalas, dan semacamnya. Akulah yang
membuat kisah pilu untuk diriku sendiri. Seandainya kamu tau bahwa kamulah
tokoh utamanya, mungkin topik tentang cinta sendiri ini akan berganti. Entah
berganti dengan cinta berbalas, atau cinta yang bertepuk sebelah tangan. Ah
tapi aku terlalu takut jika pilihan yang kedua itulah yang akan mengganti
ceritaku. Bukankah akan lebih pilu?
Jadi,
biarlah kuakhiri saja cerita tentang cinta sendiri ini. Sekarang, aku ingin
membuka lembar baru. Aku ingin menulis kisah baru tanpa kamu. Aku ingin
merangkai cerita dengan dia, yang juga menjadikanku tokoh utama di
ceritanya. Yang pasti, bukan cerita
tentang cinta diam-diam atau cinta sendiri lagi. Aku akan merajut kisah indah,
dengan tokoh utama yang baru. Dan sampai kapanpun, aku takkan pernah membiarkan
kamu tau bahwa kamulah tokoh utama di kisah pertamaku.
Selamat
tinggal, tokoh utama pertamaku.
Aku sudah
menutup lembar cerita tentang kita.
Dan aku
siap membuka lembar cerita untuk tokoh utama yang baru, dia.
:’)
0 komentar:
Posting Komentar