aku sudah lama bertahan
aku sudah jauh jalani
aku sudah coba nikmati
berat
beban ini sungguh menyiksa
jenuh
berkutat dengan tugas yang tiada henti
iri
dengan mereka yang tanpa beban
bolehkah aku mengeluh?
bukan berarti aku ingin menyerah
bukan berarti aku mengaku kalah
aku hanya ingin mengungkap lelah
-curahan hati anak TIN
Kamis, 20 November 2014
Lelah
Diposting oleh Mahkota Bunga di 09.35 0 komentar
Minggu, 24 Agustus 2014
CORETAN H1 TECHNO-F 2014
Kamis, 21 Agustus 2014
CORETAN H1 TECHNO-F
2014
Well,
setelah persiapan jauh-jauh hari, akhirnya hari H Techno-F pun tiba. Yap,
Techno-F merupakan Masa Perkenalan Fakultas Teknologi Pertanian. Techno-F 2014
kali ini bertema “Technocolour”, yang kurang lebih berarti untuk menyatukan
mahasiswa Fateta angkatan 50 yang beragam karakter dan latar belakang serta
membaurkan empat departemen di Fateta (Teknik Mesin dan Biosistem, Ilmu dan
Teknologi Pangan, Teknologi Industri Pertanian, serta Teknik Sipil dan Lingkungan)
agar semakin SOLID. Seperti kata kakak Eveks, Techno-F juga merupakan masa
“kelayakan” mahasiswa Fateta angkatan 50 menjadi keluarga Fateta. Kenapa
begitu? Karena di Techno-F kami diajarkan tentang kedisiplinan dan attitude sebagai anggota keluarga
Fateta, yang merupakan fakultas unggulan di IPB.
Persiapan
Techno-F pun sudah sangat matang, mulai dari pihak panitia maupun peserta.
Gathering, kumpul-kumpul, dan berbagai tugas juga telah dilakukan. Ada tugas
membuat essay tentang pertanian, review film, review jurnal, membuat makalah
dan prototipe, karya teknologi pertanian nontulisan, sampai kartu lebaran. Tak
ketinggalan juga buku tugas yang ada pop up-nya. Ribet? Iya. Namun itulah yang
membedakan Fateta dari fakultas lain. Tugas-tugasnya berbobot. Kami gak disuruh
buat yang aneh-aneh, pakai SOP yang norak, dan sebagainya, karena di IPB gak
ada yang namanya ospek sampai menginjak-nginjak harga diri orang. Bangga?
Pasti. B)
Oke
langsung ke acara hari ini. Pagi ini pukul 05.30 kami harus sudah kumpul di
lapangan SIL dengan SOP lengkap. Setelah kumpul dengan REGEnya masing-masing,
kami pun diperiksa kelengkapan SOPnya oleh para EVEKS. Nah dalam Techno-F juga
ada peraturan-peraturan yang tercantum dalam “Survive Manual” dan diberlakukan
sistem perolehan poin. Setiap pelanggaran peraturan akan dikenai poin (–). Setiap
harinya tidak boleh ada poin (-). Jika ada salah satu orang yang melanggar,
maka satu angkatan yang kena dampaknya; poin angkatan dikurangi. Untuk menebus
poin tersebut, ada 3 macam tumbal yang bernilai; marka AK 20, ketua AK 50, dan
ketua angkatan 500.
Setelah
evaluasi, kami diberi waktu selama 15 menit untuk sarapan. Setelah itu, kami
dimobilisasi ke lapangan depan Auditorium Abdul Muiz Nasution untuk
melaksanakan apel pembukaan rangkaian kegiatan Techno-F 2014. Bapak Sam
Herodian, selaku Dekan Fateta yang menjadi pembina apel. Beliau merupakan salah satu orang hebat
di Fateta dengan banyak penemuan dan inovasi. Salah satu penemuan yang paling
fenomenal adalah mesin pemingsan udang. Melalui amanatnya dalam apel, saya jadi
semakin bangga bisa menjadi bagian dari Fateta (meskipun belum resmi :p).
Kegiatan
selanjutnya diadakan di Korfat (koridor Fateta), karena Auditorium Abdul Muiz
Nasution tidak memenuhi kapasitas 400an peserta Techno-F 2014. Acara di korfat
yaitu seminar yang dihadiri oleh Dekan, Wakil Dekan, dan keempat Kepala
Departemen yang ada di Fateta. Mereka semua orang-orang hebat yang memaparkan
masing-masing departemen yang hebat juga. Tapi bagi saya, TIN yang paling kece
:p (tanpa mengurangi kekecean departemen lain). Kenapa begitu? Karena di
departemen TIN, ilmunya lengkap. Dengan 149 SKS tanpa minor tanpa SC, apa yang
dipelajari di TIN sudah mencakup berbagai aspek yang mendukung bidang Teknologi
Industri Pertanian. Selain itu, gak perlu ribet cari SC atau minor yang
merepotkan dalam mengisi KRS :D
Setelah
seminar, ada acara Fateta Tour ke spot-spot penting departemen masing-masing.
Setelah itu, ada hiburan dari supporter kebanggaan Fateta, Batalyon Merah. Kemudian
dilanjut mobilisasi untuk sholat di masjid Al Hurriyah. Di sana, kami juga
bertemu teman-teman dari fakultas lain yang juga sedang melaksanakan MPF. Saya
jadi ingat masa MPKMB dulu yang juga harus jalan dari GWW-Alhur. Untungnya
Fateta gak begitu jauh dibandingkan dari GWW.
Usai
sholat di Alhur, kami kembali ke korfat. Acara selanjutnya yaitu evaluasi dari
Eveks atau komisi disiplin. Lumayan tegang juga, karena baru sehari kami sudah
mengumpulkan poin -1136. Sesuai peraturan yang ada dalam Survive Manual, kami
pun harus membayar dengan marka dan ketua AK. Semua marka dari 20 AK dirusak
dan 13 ketua AK dipotong rambutnya di depan. Betapa memprihatinkannya. Sedih
ya, tapi memang inilah konsekuensi yang harus kami tanggung. Ya, beginilah
Techno-F, susah senang ditanggung satu angkatan. Jadi, semua orang harus
respect dan saling peduli satu sama lain. Semoga besok lebih baik lagi dan
tidak terulang kesalahan yang sama.
Sekitar
pukul 13.45, acara Techno-F hari pertama pun selesai. Namun bagi yang muslim,
masih ada acara SAMUDERA yaitu silaturahmi mahasiswa muslim Fateta yang
diadakan oleh FBI (Forum Bina Islami). Awalnya sih males banget udah pusing,
masih ada aja acara lagi. Namun setelah mengikuti, terutama motivation training
#UltraSemangat oleh kak Eko Susanto, alumni ITP 42. Banyak suntikan semangat
yang kami dapatkan, semoga saja tidak menguap begitu hari berganti.
Udah
ah segini dulu, sampai jumpa besok di H2 Techno-F 2014. J
Diposting oleh Mahkota Bunga di 07.28 0 komentar
Kamis, 07 Agustus 2014
Review Film : FRONT OF THE CLASS
Daripada mellow terus, sekali-sekali posting review film inspiratif; Front of the Class. Recomended banget buat anak muda yang lagi males-malesan (kayak saya :3) dan gampang menyerah. Semoga termotivasi. :) [Btw, sebenernya ini tugas MPF sih :hammer:]
FRONT
OF THE CLASS
Brad Cohen, yang memiliki nama
panggilan “Bobo”, merupakan anak yang dianggap aneh oleh orang-orang di
sekitarnya. Brad sering melakukan gerakan aneh seperti kedutan dan sering mengeluarkan suara-suara aneh seperti gonggongan
anjing yang mengganggu teman-temannya di kelas. Hal itu terjadi sejak usianya
enam tahun. Ayahnya yang keras merasa kesal dan memaksa Brad untuk berhenti
mengeluarkan suara-suara aneh tersebut, namun Brad tidak dapat menghentikannya.
Setelah orang tuanya bercerai dan ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan
wanita lain, Ibu Brad mengurus Brad dan adiknya, Jeff, sendirian. Hal inilah
yang membuat Brad sangat mencintai Ibunya.
Dengan
kebesaran hati dan ketangguhannya, Ibu Brad mencoba meneliti apa yang
sebenarnya diderita anaknya. Setelah membaca banyak buku medis, akhirnya dia
tahu bahwa penyakit yang diderita Brad adalah “Tourette Syndrome”. Tourette
Syndrome adalah gangguan neurologis di mana otak mengirimkan sinyal kepada
tubuh untuk mengeluarkan suara aneh tersebut, seperti bersin yang tak
tertahankan. Penyakit tersebut tidak ada obatnya, namun Brad yakin bahwa dia
akan baik-baik saja. Ibunya pernah membawa Brad ke sebuah kelompok orang-orang
penderita Tourette Syndrome di mana
orang-orang seperti Brad berkumpul menjadi satu dan seolah mengurung diri dari
dunia luar, membiarkan diri mereka dikalahkan oleh Tourette Syndrome. Hal ini membuat Ibu Brad menyesal membawanya ke
sana. Sejak saat itu Brad bertekad untuk menghadapi Tourette Syndrome-nya dan tidak akan membiarkannya menang. Brad
ingin hidup seperti orang normal dan menggapai cita-citanya.
Perubahan
besar pada hidup Brad terjadi pada saat dia berada di bangku SMP. Saat itu Brad
dikeluarkan dari kelas karena terus mengeluarkan suara anehnya yang mengganggu
jalannya pelajaran dan membuat gurunya kesal. Kepala sekolah, Mr. Myer, meminta
Brad untuk menghadiri acara orkestra musik. Sepanjang acara, Brad mengeluarkan
suara anehnya. Para penonton pun merasa terganggu. Setelah acara selesai,
kepala sekolah meminta Brad maju untuk menjelaskan alasan dia terus
mengeluarkan suara aneh. Brad menceritakan dengan jujur tentang Tourette Syndrome-nya. Dia hanya ingin
diterima dan diperlakukan secara normal seperti orang lain. Semua orang yang
menertawakannya pun terharu dan mulai memperlakukan Brad seperti yang lain.
Sejak saat itu, Brad bertekad untuk menjadi seorang guru yang bisa mendidik,
yang memungkinkan anak-anak didiknya belajar meskipun mereka berbeda. Brad pun
sadar bahwa guru terbesarnya adalah Tourette
Syndrome yang dia derita.
Menginjak
dewasa, Brad mulai berjuang mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang pengajar
di Atlanta. Puluhan sekolah dia datangi demi memperoleh pekerjaan sebagai guru.
Beberapa wawancara pun dia jalani. Akan tetapi banyak yang meragukan
kemampuannya mengajar karena Brad memiliki Tourette
Syndrome dan dikhawatirkan hal itu akan mengganggu konsentrasi
murid-muridnya dalam belajar. Ayah Brad yang juga tak yakin dengan kemampuan
Brad pun memintanya untuk bekerja dengannya. Brad sempat frustasi, namun Ibunya
terus memberi motivasi agar Brad tak kalah dengan Tourette Syndrome-nya.
Berkat
keuletan, fokus, dan pantang menyerah, Brad akhirnya berhasil menemukan sekolah
yang tepat baginya, yaitu Mountain View.
Kepala sekolah dan staf guru terkesan dengan pribadi Brad dan alasannya ingin
menjadi seorang guru. Dia diberi kesempatan untuk mengajar kelas dua. Brad
begitu bersemangat menjalani hari-harinya sebagai seorang guru. Anak-anak
didiknya pun antusias mengikuti pelajarannya. Sementara itu, kehidupan
asmaranya pun berjalan manis. Melalui situs jodoh, Brad bertemu dengan Nancy,
seorang gadis yang menerima Brad apa adanya dengan kekurangan yang dia miliki.
Waktu
berlalu, kerja keras Brad membuahkan hasil yang menakjubkan. Brad mendapatkan
penghargaan Sallie Mae sebagai “Guru Tahun Ini” di antara pendidik baru negara
bagian Georgia. Dia telah membuktikan bahwa Tourette
Syndrome bukan penghalang baginya untuk menggapai impiannya. Tourette Syndrome justru menjadi teman
dan guru terbesarnya dalam hidup. Impian lain yang berhasil dia wujudkan adalah
lulus master, menjadi homer (Atlanta Braves Mascot), dan menikah dengan Nancy.
Sampai saat ini, Brad mengabdikan dirinya sebagai seorang guru dan tinggal di
Atlanta.
Pesan
moral yang terkandung dalam film Front of
the Class antara lain:
·
Belajarlah dari kekurangan; belajar
untuk terus maju, belajar untuk tidak membiarkan hal itu menghentikan langkah
kita, dan belajar untuk tidak membiarkan kekurangan itu menang.
· Jangan pernah membiarkan apapun
menghentikan kita dalam mengejar impian kita dari bekerja, bermain, atau jatuh
cinta.
JJJ
Diposting oleh Mahkota Bunga di 21.38 0 komentar
Minggu, 20 Juli 2014
Tak Mampu Mendua
Postingan kali ini masih melankolis, hehe. inspirasi dari lagunya Kahitna yang berjudul "Tak Mampu Mendua". Ada yang pernah mengalami kisah seperti ini? Pasti sangat menggalaukan. Saya aja menghayati lagunya dan nulis ceritanya jadi ikutan galau, eh. Tapi, galau itu indah. :p
TAK MAMPU MENDUA
Kau, masih ingatkah denganku? Aku tiba-tiba rindu dan
berandai-andai tentang masa lalu. Tentang aku, dirimu, dirinya.
Seandainya kau lebih dulu mengutarakan cinta daripada
dia, pasti ceritanya akan berbeda. Mungkin kau lah yang akan mendapatkan
hatiku. Aku pikir selama ini kebersamaan kita hanya sebatas teman, sahabat,
atau sekedar kakak-adik. Namun ternyata kau menyimpan rasa lebih. Dan harus
kuakui, aku juga sempat menyimpan rasa yang sama. Rasa yang harus aku tepis
dengan cepat demi kesetiaan. Rasa yang jika kubiarkan, akan membuatku
mengkhianati dirinya.
Maaf dan terima kasih. Mungkin kata-kata itu yang paling
sering kuucapkan padamu. Begitu banyak yang telah kau berikan padaku.
Kebaikanmu, kesabaranmu, dan kebesaran cintamu. Aku sungguh tak pantas
mendapatkannya. Aku pun tak sanggup membalasnya. Bahkan, aku tak sanggup
memenuhi satu-satunya permintaanmu untuk tetap berada di sisimu. Ya, kau tak
berharap aku memberikan segalanya. Kau hanya ingin aku bersamamu. Itu saja.
Meski aku juga bersamanya. Katamu, kau rela jadi yang kedua. Namun maaf, aku
tak mampu mendua. Aku tak mau membagi cinta, mengkhianatinya, menyakitimu, dan
membohongi hatiku.
Saat ini, perpisahan adalah jalan yang
terbaik. Kau pun telah memutuskan pergi dan menghilang dari kehidupanku.
Katamu, itu demi kebahagiaanku, kau rela terluka. Aku merasa sangat bersalah.
Salahkah aku memilihnya? Apakah jika aku memilihmu, dia juga akan terluka
sepertimu? Ah, sudahlah. Hatiku sudah terlanjur tertambat padanya. Aku pun tak
mampu meninggalkannya, meski berulang kali telah kucoba. Maafkan aku, karena
kau yang harus kulepaskan.
Aku tau ini berat bagimu, begitu juga
bagiku. Namun inilah pilihan terbaik, meski menyakitkan. Percayalah, kau takkan
terus-terusan terluka lagi. Kau harus bahagia di sana, seperti aku bahagia
karena pengorbananmu. Namun kau harus tau, melepas bukan berarti melupakan. Ya,
sampai kapanpun, aku tak bisa melupakan kenangan bersamamu. Meski begitu, aku
tetap tak mampu mendua.
ØØØØØ
Tak
Mampu Mendua - Kahitna
Pernah ku menyimpan cinta
Tertulis di lembar kisah
Namun kau hilang 'tuk menjauh
Pergi dan meninggalkan cerita
Mendua aku tak mampu
Mengikat cinta bersama denganmu
Maaf jika kau terluka
Saat aku memilih dirinya
Kusesali semua salahku
Yang tak pernah meninggalkan dia
Air mata kusimpan di sana
Jika kuingat tentang dirimu
Andai aku dapat menata jalanku
'Kan kucari jalan yang tak
bernestapa
Diposting oleh Mahkota Bunga di 23.02 0 komentar
Rabu, 16 Juli 2014
SAKIT HATI
Biasanya, dari sebuah cerita lahir sebuah lagu. Kali ini saya ingin menulis cerita dari sebuah lagu. Lagu yang sangat dalam dan galau, Sakit Hati - Yovie & Nuno.
SAKIT HATI
Aku pikir aku telah mendapatkan segalanya. Aku pikir akulah yang
menang. Aku pikir kebahagiaan ini akan abadi. Namun aku salah, segalanya
berubah, begitu cepat. Mimpi-mimpi yang telah kita rajut begitu cepat kau
hancurkan. Angan-angan yang selama ini kita bangun begitu mudah kau patahkan.
Tapi aku tak menyalahkanmu. Dari awal, akulah yang merebutmu dari dia. Akulah
yang memisahkan kalian dan menghancurkan mimpi-mimpi kalian yang mungkin jauh
lebih indah daripada mimpi kita.
Aku pikir selama ini kau bahagia
denganku. Aku pikir selama ini aku yang paling mengerti dirimu. Kelirukah aku?
Apakah kau hanya berpura-pura bahagia di hadapanku padahal hatimu tersiksa?
Katamu, aku mengekangmu. Padahal, itu demi kebaikanmu agar tak sembarangan
bergaul dengan orang lain. Ya, aku begitu khawatir kau terpikat dengan pria
lain di luar sana. Namun tindakanku itu justru membuatmu tak nyaman. Salahkah
aku? Aku hanya ingin kau menjadi milikku satu.
Tapi sudahlah, sekarang kau telah
memilih kembali padanya. Katamu hatimu memilihnya, meski kau bilang aku jauh
lebih hebat darinya. Ah, itu justru membuatku semakin sakit. Kenapa tak kau
bilang saja kalau aku pria yang buruk? Agar aku sadar, aku tak pantas
bersanding denganmu. Tapi kau selalu bilang bahwa kaulah yang tak pantas
bersamaku. Katamu, aku terlalu baik dan sempurna. Apa aku harus jadi orang
jahat? Atau, itu cara penolakanmu yang halus agar aku tak sakit hati?
Taukah kau, seberapa sakitnya hatiku,
cintaku tetap utuh. Tak berkurang sama sekali. Kau tetap jadi satu-satunya
wanita yang paling aku cinta, yang paling ingin kujadikan istriku. Meskipun aku
tau, harapan itu sudah sirna. Sudahlah tak usah pedulikan lagi aku. Aku telah
melepasmu untuk dia. Aku ikhlas kau kembali padanya. Mungkin inilah caraku
untuk mengerti kau seutuhnya. Inilah caraku mencintaimu dengan melepasmu untuk
pilihan hatimu. Tapi kau harus berjanji kau akan bahagia dengannya, dengan
begitu pengorbananku tak sia-sia. Aku di sini juga akan berbahagia, seperti
yang kau pinta, meski aku tak yakin bisa.
SAKIT HATI by Yovie & Nuno
Ku tahu engkau pasti tahu
Betapa hancurnya aku
Bunga yang dulu begitu indah
Perginya entah kemanaAku sakit, aku sakit hati
Kau terbangkan ku ke awan
Lalu jatuhkan ke dasar jurangAku sakit dan ku tak mengerti
Kau berikan mimpi indah
Namun kenyataan tak seindah mimpiSadar kini cinta tak berbalasDulu ku tak pernah menduga kau
Memberi harapan palsu
Genggam tangan dan senyuman itu
Seolah mengikat hatiSendiri lagi, sendiri aku, sendiri aku lagiDimanakah cintamu yang selama ini untukku
Diposting oleh Mahkota Bunga di 22.45 0 komentar
Bukan Maya, Tapi Nyata (Naskah Film)
Kali ini saya posting skenario film yang saya buat untuk lomba film saat kelas XI IPA 4. Masih amatiran sih, asal nulis aja, belum tau cara nulis skenario yang baik :3 Ceritanya mungkin aneh, tapi berkat kerja sama dari sutradara, kru, dan para pemain, film kelas kami berhasil menduduki peringkat 3 dari 9 kelas. Gak dapat juara sih, karena yang diambil juara cuma juara 1 dan 2. :hammer:
BUKAN MAYA, TAPI NYATA
Scene 1
Tempat:
Waktu :
Pagi Hari (jam 06.00)
Di pagi hari, sebelum berangkat
sekolah, Chaca menyalakan komputernya
Chaca :
(terpaku di depan laptop sambil membuka situs facebook, lalu update status=>
“BUKAN MAYA, TAPI NYATA” )
Caca :
( tanpa dialog )
Scene 2
Tempat: Kelas
Waktu :
Pagi Hari
(Chaca
duduk di pojok kelas sambil menulis sesuatu di diarynya.)
Aku ingin
hidup menjadi manusia seutuhnya..
Manusia sebagai
makhluk individu dan sosial..
Aku ingin seperti
mereka..
Memiliki banyak
teman di dekatnya…
Namun hidupku jauh dari semua itu..
Karna aku adalah seseorang yang terasing..
di kehidupan sosial, di dunia nyata ini..
Bel
istirahat pun berdering. Anak-anak berhamburan dari tempat duduknya. Kelas yang
tadinya hening pun menjadi bising. Beberapa anak keluar kelas menuju ke kantin,
ada juga yang tinggal di kelas untuk ngobrol-ngobrol dengan yang lain atau
sekedar bermain gitar dan bernyanyi bersama.
Sementara
itu di sudut ruangan, Chaca hanya menatap mereka dengan tatapan sendu. Ia
menutup diarynya lalu keluar kelas.
Ryan :
(mengendap-endap menuju bangku Chaca lalu mengambil buku diary Chaca yang
ditinggal di laci meja kemudian membacanya diam-diam dan segera
mengembalikannya)
Scene 3
Tempat: Di rumah Chaca
Waktu :
Siang Hari
@
Kamar Chaca
Siang
hari sepulang sekolah, Chaca langsung merebahkan diri di kasur tanpa mengganti
seragamnya terlebih dahulu. Dia buka laptopnya kemudian online lagi.
Ibu : Cha..makan dulu.. (membuka pintu kamar
Chaca)
Chaca : Iya Bu, bentar. (masih menatap laptopnya)
Ibu : Ya udah, itu seragamnya diganti dulu
lah.
Chaca : Iya, Bu.
Ibu : (keluar dari kamar Chaca)
@Ruang
Keluarga
Ayah :
(baru pulang kerja) Chaca mana Bu?
Ibu :
Itu, di kamar. Ckck Ibu heran akhir-akhir ini Chaca sibuk terus sama laptop dan
hpnya. Tiap hari cuma ngurusin itu, sampai lupa makan juga. Ibu jadi khawatir
sama dia. (muka gelisah)
Ayah :
Maklum lah, anak muda jaman sekarang kan lagi seneng-senengnya main di dunia
maya. Biarin aja dia, biar bisa punya banyak teman.
Ibu :
Tapi Yah, Ibu takut kalo dia sampai terjerumus, apalagi ketemu orang gak bener!
Ayah tau kan, sekarang ini banyak penculikan akibat dunia maya itu!
Ayah :
Iya, iya. Nanti Ayah bilangin.
Ibu :
(masuk kamar sambil membawa tas kerja Ayah)
Ayah :
(melongok ke dalam kamar Chaca tanpa berkata apa-apa sambil geleng-geleng
kepala)
Chaca :
(masih asyik online sambil memasang headset)
Scene 4
Tempat: Di Kelas
Waktu :
Pagi Hari
Pagi yang cerah mengiringi anak-anak
yang berdatangan ke ruang kelas satu per satu. Sedangkan Chaca sudah sedari
tadi sedia di bangku pojoknya sambil mengotak-atik HPnya.
Anak 1 : Woy temen-temen, gimana rencana kita buat acara liburan besok?
(berdiri di depan kelas)
Anak 2: Ke pantai aja!
Anak 3: Jangan, ombaknya gede!
Anak 4: Ya udah naik gunung aja!
Anak 3: Ah capek boo!
Anak 5: Mending ke Kebun binatang
aja!
Anak 3: Hari gini ke kebun binatang??
Anak 2: Ah apa-apa protes mulu!
(toyor anak 3)
Anak 1 : Udah, sekarang masing-masing anak maunya gimana? (Tanya ke semua
anak satu per satu, kecuali Chaca)
Chaca yang merasa tak dianggappun
membenamkan kepalanya di meja. Air matanya sedikit menetes karena menahan sakit
hati. Chaca bangun lagi lalu mengambil buku diary dan mulai mencoret-coretnya.
AKU
TAK BUTUH KALIAN LAGI!
KALIAN
YANG TAK PERNAH MENGANGGAPKU!
KALIAN
YANG TAK PERNAH MELIHATKU ADA!
KALIAN
KIRA AKU APA?
AKU BUKAN PATUNG!
AKU BISA HIDUP TANPA KALIAN!
AKU TAK BUTUH KEPEDULIAN KALIAN!
KARNA AKU MASIH PUNYA MEREKA!
MEREKA YANG BISA MELIHAT DAN
MENERIMAKU,
WALAUPUN TAK NYATA!
Chaca kembali menundukkan kepalanya.
Kali ini dia mengeluarkan hpnya dan online lagi.
Sementara itu, Ryan memperhatikannya
dengan tatapan prihatin.
Scene 5
Tempat: Di kamar Chaca
Waktu :
Malam Hari
Chaca :
(sibuk di depan laptop)
Ayah :
Cha, gak belajar? (masuk ke kamar Chaca)
Chaca :
Udah yah..
Ayah :
Kapan? Perasaan kamu dari tadi online terus.
Chaca :
Ya Chaa kan lagi ngobrol sama temen Chaca. Chaca juga pengen ngerasain punya
banyak temen Yah..
Ayah :
Iya, Ayah tau. Tapi jangan berlebihan, sampai lupa waktu. Kalau kamu ingin
punya banyak teman, harusnya kamu sering-sering bersosialisasi sama teman-teman
sekolahmu dulu.
Chaca :
Iya, iyaa.. (menutup laptopnya, lalu mengambil buku pelajaran)
Ayah :
(keluar, menutup pintu kamar)
Scene 6
Tempat: Di kelas (berkali-kali)
Waktu :
Siang Hari
Tiap hari sikap Chaca semakin cuek
terhadap teman-temannya. Hanya handphone lah sahabat sejatinya. Makin hari,
teman-teman sekelasnya juga sudah tak menghiraukannya lagi. Mereka saling cuek.
Scene 7
Tempat: Di Warnet
Waktu :
Siang Hari
(Ryan mengotak-atik komputer –cuma
keliatan tangannya- , hingga akhirnya berhasil membobol aku seseorang, akun
Chaca)
Scene 8
Tempat: Di kelas
Waktu :
Pagi Hari
@ Depan Kelas
Chaca melangkahkan kakinya menuju
kelas, pagi ini dia datang agak terlambat tak sepagi biasanya. Anak-anak sudah
tiba di sekolah terlebih dahulu. Sebagian dari mereka duduk berjejer di depan
kelas sambil mengobrol dan bermain gitar. Tapi sikap mereka berubah saat
melihat Chaca. Mereka yang biasanya tak acuh berubah menjadi sinis, bahkan ada
yang menyindirnya. Chaca pun bingung dengan sikap mereka, apa yang salah dengan
dirinya?
Chaca masuk ke kelas dan tambah heran
ketika melihat anak-anak yang di dalam kelas sedang bergerombol mengerumuni
laptop. Beberapa dari mereka terkejut melihat kedatangan Chaca.
Chaca meletakkan
tas di bangkunya kemudian duduk. Ia mengambil HPnya untuk online. Betapa
terkejutnya dia saat melihat profilnya penuh dengan kata-kata kotor yang tak
pantas diumbar di jejaring sosial –sensor. Dia pun menghampiri gerombolan
anak-anak yang mengerumuni laptop, ternyata benar mereka sedang melihat profil
Chaca.
Anak 6: Eeh Chaca.. (kaget, mencoba
menutupi laptopnya)
Chaca :
Aku udah tau. Tapi sumpah, bukan aku yang nulis itu semua! (muka merah menahan
tangis)
Anak 7: Trus siapa?
Chaca :
Aku gak tau.. (menitikkan air mata)
Anak 6: Iya, kita percaya kamu gak
bakalan nglakuin itu kok. Hmm tapi siapa ya?
Chaca :
Gak tau, gak ada orang lain yang tau passwordnya kecuali aku.
Anak 8: Ada yang ngehack akunmu Cha..
Chaca :
Tapi siapa? Kenapa tega banget sama aku? T-T
Anak” :
(menggelengkan kepala)
Sementara itu..
Ryan :
(menguping dari bangkunya sambil berpura-pura membaca buku)
Anak 8: Udahlah Cha, gak usah terlalu
dipikirin..
Chaca :
Tapi orang-orang ngira kalau semua itu aku sendiri yang nulis!
Anak 7: Tapi nyatanya bukan kamu kan?
Udahlah, gak usah dipermasalahkan. Lagian itu juga Cuma di dunia maya kan?
Anak 6: Ya, jadikan ini sebagai
pelajaran buat kamu kalo dunia maya itu gak selamanya baik. Internet bisa punya
manfaat, bisa juga punya akibat buruk. Jadi kita emang harus selektif &
pinter ngendaliin diri biar gak terjerumus ke hal yang gak baik.
Chaca :
Iya, sekarang aku ngerti. Selama ini aku emang udah dibutakan dunia maya. Aku
hanya ngerasa gak dipeduliin lagi, tapi aku salah, aku melupakan kalian yang
begitu care sama aku. Aku beruntung banget punya temen kayak kalian. Makasih
ya, udah ngingetin aku.. (terharu)
Anak 8: Sama-sama Cha, kami seneng
kalo kamu ngerti. Kami juga seneng kalo kamu mau sahabatan sama kami.
Anak 6: Iya, aku juga seneng kalo
kamu mau bersosiallisasi sama kita-kita. Mulai sekarang tinggalin dunia maya,
hiduplah di untuk nyata!
Chaca :
Iya, iya.. (tersenyum) Duniaku bukan dunia maya, tapi nyata...
Rian :
(melirik sambil tersenyum penuh arti)
*******************************************************************************
*Ini soundtrack filmnya. Teman sekelas saya yang jago musik yang nyiptain, sementara liriknya dari saya.
Kucoba berpaling dari dunia
Beralih ke dunia lain
Hingga jiwa tertutup maya
Hidup pun tak tentu arah
Aku tau itu bukan duniaku
Dunia fatamorgana maya
Tak ada kedamaian meski banyak kesenangan
Namun bukan itu yang kubutuhkan
Aku hanya ingin jadi bagian mereka
Mereka yg benar-benar ada
Beralih ke dunia lain
Hingga jiwa tertutup maya
Hidup pun tak tentu arah
Aku tau itu bukan duniaku
Dunia fatamorgana maya
Tak ada kedamaian meski banyak kesenangan
Namun bukan itu yang kubutuhkan
Aku hanya ingin jadi bagian mereka
Mereka yg benar-benar ada
Bukan maya, tapi nyata
Diposting oleh Mahkota Bunga di 00.38 0 komentar
Minggu, 13 Juli 2014
Serpihan Kata yang Tertinggal ; Surat Cinta Untuk Ayah (Naskah Drama)
Sesuai rencana, saya ingin menerapkan "One Day One Note" :3 Tapi berhubung hari ini males nulis, jadi saya mau posting tulisan yang sudah ada di dokumen saja. :p Tulisan ini sebenarnya skenario drama yang dipentaskan oleh kelas saya, X-2, tahun 2011. Drama ini judulnya "Serpihan Kata yang Tertinggal", terinspirasi dari tulisan "Surat Cinta Untuk Ayah" yang saya temukan di grup fb PECINTA NOVEL. Setelah mendapat izin dari admin Astrid untuk menggunakan suratnya dengan editan saya sendiri, saya pun menggabungkannya dengan skenario drama. Silahkan dibaca, maaf kalau lebay / alay :p Tapi dari drama ini, kelas kami dapat juara 2 dari 9 kelas dan membuat para penonton meneteskan air mata, termasuk guru Bahasa Indonesia yang jadi juri. :p
Serpihan Kata yang Tertinggal
Lyra, seorang gadis
manis yang telah ditinggal pergi oleh ibunya untuk selama-lamanya, dia kini
tinggal bersama sang ayah yang baik hati dan sangat menyayanginya, namun
kecelakaan membuat ayah Lyra lumpuh dan sang ayah merasa tidak sanggup lagi
merawat Lyra sendirian, sehingga Lyra terpaksa dititipkan kepada neneknya yang
berada di sebuah desa yang terpencil. Disana Lyra disekolahkan di sekolah seni
yang sangat membosankan menurut Lyra. Lyra sangat sedih dengan hal itu, dia
merasa tidak nyaman dengan lingkungan yang baru, lambat laun sifat Lyra mulai
berubah, dan dia mulai benci kepada sang ayah. Pergaulan dan cinta juga membuat
sikap Lyra semakin menyimpang dari sikapnya yang manis dulu.
*suatu hari di kelas*
Suasana di kelas sangat berisik
anak-anak tetap berisik walaupun guru sudah duduk di tempat duduknya, mereka
tidak menghiraukan keberadaan guru tersebut didalam kelas
Guru :
“Ehm...!” (guru berdehem)
Suasana
kelas tetap ramai saja
Guru : “Baiklah jika kalian tidak mau mengikuti
pelajaran saya, lebih baik saya pergi...!”
Murid1 :
“iya pak,pergi saja sana!”
Murid* :
“hahahahahahahahahahaa!”
Guru:
(marah,kemudian menggebrak meja dan pergi meninggalkan ruang kelas)
(sejenak
suasana kelas menjadi hening, anak-anak memperhatikan sang guru yang meninggalkan
tempat duduknya dan keluar kelas, setelah guru sudah tidak terlihat, anak-anak
tertawa dan suasana kelas kembali ramai)
Dara :
(menulis di buku hariannya)
Lulu :(mengendap-endap dan langsung merebut buku
harian Dara untuk di baca di depan kelas)
“Woy...
ada yang lagi nulis buku harian neh...”
Murid1 :“baca
lu ! baca...”
Lulu :
“oke...” (mau baca buku)
Dara :
“jangan lu, sini balikin bukunya...!” (merebut buku dari tangan lulu)
Lulu :
(melempar buku ke Lyra) “Lyra!”
Lyra :
(menangkap buku Dara, lihat-lihat )
RINDU
Dalam rindu kulahirkan puisi
Hanya namamu yang sanggup kupahat
di tiap bait sederhana.....
(Dara
cepapat-cepat merebut buku dari tangan Lyra. Lyra merasa kesal.)
Murid* :
“Ciee...cieee....!” (anak-anak pun menyoraki Dara)
(Muka
Dara memerah menahan tangis karena malu.)
Tiba-tiba, datanglah dua orang ke
dalam kelas. Anak-anak terdiam melihat dua orang asing tersebut. Kedua orang
tersebut yang masih agak muda, terdiri dari seorang laki-laki, dan seorang
perempuan yang mendampinginya.
Guru B : “Selamat pagi anak-anak!
Perkenalkan, saya guru baru kalian. Kalian dapat memanggil saya Pak Galih.”
Dio : “Nggak nanya tuh!”
Milla : “Kita tuh nggak butuh
guru baru... sorry aja ya, nggak ada lowongan..”
Asst : “Bisakah saya
memperkenalkan diri?”
Murid* : (masih sibuk sendiri)
Asst : (menghela nafas) “Nama
saya Ratna. Kalian bisa panggil saya Bu Ratna.”
: “Aku kira masih
muda, ternyata udah ibu – ibu...”
Murid* : (tertawa)
Guru
B : “Sudah, sudah.. Kami akan menyampaikan
kabar baik hari ini. Sebelum Ujian Akhir diadakan, kita mendapat undangan untuk
mengirimkan sepasang penyanyi dalam sebuah kontes yang diadakan oleh perusahaan
ternama.”
Murid* : (serius mendengarkan keterangan Pak Galih)
Reva : “Emang apa hadiahnya?”
Guru
B : “Hadiahnya cukup menarik. Saya yakin
kalian akan suka.”
Lyra : “Apa itu, Pak?”
Asst : “Hadiahnya cukup menggiurkan yaitu
mendapat beasiswa sekolah seni di Venice, Italia. Karena itu, kami akan
mengadakan casting.”
Lyra : “Castingnya kapan, bu?”
Asst : “Tiga hari lagi”
Guru
B : “Saya harap kalian mempersiapkan diri
dengan baik”
Lyra
berlatih giat untuk lolos seleksi itu.Bayang – bayang indah apabila ia lolos
seleksi dan memenangkan kontes itu pun terus berputar di otaknya. Ia akan
kembali merasakan hidup di kota dan pergi dari desa kecil ini. Sepulang sekolah
ia berlatih sendirian di kelas.
Faizal : “Kamu belum pulang?”
(berdiri bersandar di tembok kelas)
Lyra : “Eh kamu... Aku mau
latihan dulu..”
Faizal : “Segitu minatnya kamu
sama kontes itu?”
Lyra :
“Zal, kamu tahu aku udah bosan disini. Aku ingin ke luar negeri. Kalau pun aku
gagal, minimal aku bisa kembali ke kota.”
Faizal : “Gimana dengan kita?”
Lyra : “Aku akan selalu setia
sama kamu.”
Faizal : “Disana banyak cowok
yang lebih keren dari aku. Bisa aja kamu.....”
Lyra :
“Sssstt... Kamu nggak boleh bilang gitu. Aku yakin, LDR nggak akan memisahkan
kita. Harusnya sekarang kamu memberikan support ke aku. Kalau kamu begini, aku
akan sedih.”
Faizal :
“Maafin aku ya...”
Lyra :
(tersenyum dan mengangguk)
Hari seleksi pun tiba, mereka maju satu
per satu untuk menunjukkan bakat mereka. Lyra pun tampil semaksimal mungkin.
Satu per satu peserta gugur. Dua guru itu bingung menentukan yang mana peserta
perempuan yang akan lolos,Lyra atau
Dara. Sedangkan Faizal otomatis lolos seleksi karena tak ada kandidat lain yang
sama kuatnya. Perundingan panjang dilakukan dua guru muda itu. Akhirnya mereka
menetapkan yang terpilih..... Lyra, Dara, dan Faizal tampak tegang.
Asst :
“Kami berdua telah menetapkan siapa yang akan menjadi wakil kita dalam kontes
itu.”.
Guru B : “Dan yang terpilih adalah..... Dara..”
Lyra : (kaget) “Apa?”
Faizal : (Menemui dua guru itu) “Kenapa Dara?”
Lyra : (keluar dari ruang kelas)
Lyra meninggalkan ruang kelas itu padahal Faizal tengah membelanya.
Lyra begitu kecewa dengan keputusan gurunya. Usahanya selama ini sia – sia,
begitu pikirnya. Lyra merasa putus asa. Apalagi Faizal yang statusnya sebagai
pacarnya harus duet bersama seorang cewek yang menurut gosip suka pada Faizal.
Lyra : (masuk rumah dengan emosi)\Nenek :
“Eh, anak gadis kok masuk rumah nggak ngucap salam. Begitu perlakuannya sama
nenek?.
Lyra : “Maaf, nek..”
Nenek : “Jangan cuma minta maaf sama Nenek, minta
maaf sama Ayah kamu juga”
Lyra : “Ayah?”
Ayah : “Surprise.. Ayah akan tinggal disini
bersama kamu..”
Lyra : “Pekerjaan ayah?”
Ayah : “Semua sudah di handle sama...”
Lyra : “Ayah nggak usah bohong.. Ayah nggak bisa
bohong sama aku..”
Ayah : (mengangguk) “Ayah di pecat... Tapi Ayah
akan mencari pekerjaan disini.”
Lyra :
“Disini? Pekerjaan apa yang mungkin Ayah lakukan disini? Dengan kondisi Ayah
seperti itu? Ayah, ini di desa. Nggak banyak macam pekerjaan disini. Di kota
aja.....”
Nenek : “Lyra! Jaga bicara kamu dengan Ayah kamu!”
Lyra : (menunduk)
Faizal : “Assalamu’alaikum...”
A&N : “Wa’alaikumsalam...”
Lyra : “Faizal?”
Faizal : “Maaf, apa saya bisa berbicara dengan
Lyra?”
Ayah : “Ya, tentu.. Silahkan,
nak.”
Nenek : “Ardan!”
Ayah : “Sudahlah, bu.. Mari
kita ke dalam..”
Ayah dan Nenek Lyra meninggalkan mereka
berdua.
Lyra : “Ngapain kamu kesini?”
Faizal :
“Aku minta maaf karena nggak bisa merubah keputusan Pak Galih dan Bu Ratna”
Lyra :
“Aku nggak minta kamu melakukan itu.”
Faizal :
“Lyra, aku ingin duet sama kamu. Karena itu, aku mohon sama Pak Galih dan Bu
Ratna agar memilih kamu.”
Lyra :
“Oh... Cuma itu kan? Sorry aku sibuk...”
Faizal :
“Oke... Selamat siang.. Aku sayang kamu..”
Lyra : (menatap kepergian Faizal dan menyesal)
Faizal kecewa dengan sikap Lyra. Namun ia
dapat memakluminya karena hatinya sedang terguncang. Faizal pun perlahan
melupakan Lyra karena sibuk dengan segala persiapan untuk kontes. Lama –
kelamaan ia dan Dara menjadi akrab. Itu
menimbulkan kecemburuan di hati Lyra. Dan berbagai aduan oleh teman – teman
Lyra semakin memuat panas hati Lyra..
Reva :
“Ra, emang kamu nggak cemburu lihat Faizal sama Dara?”
Lyra :
“Aku lagi nggak mau ngurusin itu..”
Reva :
“Kok bisa sih kamu ngomong gitu? Kita semua tahu kalau Dara itu suka sama
Faizal. Kok kamu malah tenang tenang aja sih? Apa kamu nggak tahu kalau sepulang
sekolah mereka biasa berduaan di kelas?”
Lyra :
“Apa?”
Reva :
“Kalau nggak percaya, nanti siang kita buktiin”
Sepulang sekolah, Lyra dan Reva hanya
pura – pura keluar kelas. Mereka mengamati Faizal dan Dara yang tengah latihan.
Dara meminta untuk diajari bermain gitar oleh Faizal. Lyra pun cemburu melihat
itu. Dan Lyra ditemani Reva langsung masuk ke kelas melabrak mereka.
Lyra : “Ini yang namanya latihan?”
Faizal : “Lho, kok kamu tanya gitu sih? Aku emang
latihan..”
Lyra : “Latihan kok mesra – mesraan?”
Faizal : (tersenyum) “Kamu cemburu? Aku sama Dara
tuh nggak ada apa – apa.”
Dara : “Iya, Ra.. Kita emang latihan kok..”
Lyra :
“Heh! Dengar baik – baik ya! Walaupun kalian duet, itu bukan berarti kamu bisa
merebut Faizal dari aku!”
Dara :
“Ra, ini nggak seperti yang kamu pikirkan..”
Lyra :
“Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu itu suka sama Faizal?! Kamu lagi coba
deketin dia kan?”
Reva :
“Udah lah ngaku aja...”
Faizal :
“Reva!!!!”
Dara :
“Ra, itu nggak benar.. Aku...”
Lyra :
“halaaaaaaahhhh... nggak usah ngeles deh kamu!”
Faizal :
“Ra, jangan salah paham dong..”
Lyra :
“Udah lah... Aku capek..”
Faizal :
“Lyra, dengarkan aku dulu.. Biar aku jelaskan..”
Lyra :
“Apa lagi sih? Semua udah jelas..” (melangkah meninggalkan kelas diikuti Reva
di belakangnya)
Faizal :
“Lyra.... Dengarkan aku, Ra.. Lyra...”
Dara :
“Maafkan aku, Zal..”
Faizal :
“Ini bukan salah kamu..”
Dara :
“Tapi Lyra cemburu sama aku..”
Faizal : “Udah lah.. Nggak usah dipikirin..”
Lyra langsung pulang ke rumah. Dia ingin
menenangkan diri. Pikiran Lyra benar – benar kacau. Dia merasa tidak ada
artinya. Dia kalah seleksi dari Dara, dan sekarang pacarnya justru membela
Dara. Hatinya kini dikuasai oleh amarah dan kebencian. Sehingga ia tak bisa
berkonsentrasi dalam belajar.
Lyra :
(mencoba menghubungi Faizal)
Faizal :
(hanya ada bunyi operator ‘maaf, nomor yang anda tuju sedang sibuk.. cobalah
beberapa saat lagi)
Lyra :
“Lagi ngapain sih dia? Dari tadi nomor hapenya sibuk mulu..”
Faizal :
(menghubungi Lyra)
Lyra :
“Halo? Kamu kenama aja sih? Dari tadi nomor hapemu sibuk mulu? Kamu habis
telpon Dara ya?! Iya kan?!”
Faizal :
“Ngomong satu – satu sayang.. jangan nyrocos mulu kaya gitu..”
Lyra :
“Kamu belum jawab aku..”
Faizal : “Aku habis ditelpon kakakku.. kenapa sih
kamu curigaan banget?”
Lyra :
“Cewek mana yang nggak cemburu melihat cowoknya berduaan dengan cewek lain?”
Faizal :
“Oke, cemburu itu wajar aja.. Tapi ini keterlaluan..”
Lyra :
“Keterlaluan? Kamu membela Dara?”
Faizal :
“Bukan itu maksud aku.. Tapi......”
Lyra :
(menutup telponnya)
Faizal :
“Halo? Lyra? Lyra? Ah, sial.. ditutup..”
Lyra merasa kesal pada Faizal. Saat
perasaannya tak karuan, ayahnya menghampirinya dan menyuruhnya belajar.
Ayah :
“Kamu nggak belajar, nak?”
Lyra :
“Nggak ah,, nggak konsen..”
Ayah :
“Sebentar lagi Ujian lho, nak..”
Lyra :
“Aku juga tahu sebentar lagi ujian..”
Ayah : “Lalu kenapa kamu nggak
belajar? Belajar itu baiknya sedikit – sedikit..”
Lyra : “Aku kan udah bilang,
yah.. Aku lagi nggak konsen.”
Ayah :
“Ayah nggak melarang kamu pacaran, tapi kamu jangan campur adukkan urusan
pribadi dengan pelajaran.”
Lyra :
“Udah lah, yah... Ayah tuh nggak ngerti apa yang aku rasain... Nggak usah ikut
campur deh..”
Ayah :
“Ayah cuma ingin yang terbaik untuk kamu..”
Lyra :
“Yang terbaik? Ayah mengirim aku kesini, apa itu yang terbaik?”
Ayah :
“Kamu ingin tinggal di kota lagi?”
Lyra :
“Apa kurang jelas yang aku omongin dulu waktu ayah mengirim aku kesini? Apa
ayah nggak ngerti omonganku?Aku benci keadaan ini! Aku benci Ayah! Ayah itu
ayah paling buruk!”
Ayah : “Kenapa begitu?”
Lyra : “Karna ayah merenggut kebahagiaanku!!”
Ayah : “Apa kamu tidak bahagia dengan ayah?”
Lyra : (diam sejenak) “Sudah, jangan ganggu aku
lagi!”
Ayah :
“Ya..Ayah tidak akan mengganggumu lagi. Asal kamu mau menuruti permintaan
Ayah.”
Lyra : “Baiklah. Apa?”
Ayah : “Belajarlah, Nak. Kalau kamu sudah lulus,
Ayah janji tak akan mengganggumu lagi. Ayah akan mengizinkanmu untuk tinggal di
kota. Ayah akan membiarkanmu meraih cita-citamu sendiri.”
Lyra : “Benarkah?”
Ayah : “Ya.. Ayah janji tak akan menganggumu
lagi.”
Setelah Lyra mengadakan perjanjian dengan
ayahnya, dia menjadi rajin belajar dan perlahan ia lupa dengan Faizal. Sepulang
sekolah ia langsung pulang dan belajar di rumah. Lyra pun merasa cukup sukses
melewati Ujian.
Sore itu tepatnya sehari sebelum
pengumuman ujian, Febri mendatangi rumah Lyra.
Febri :
“Hai, Ra..”
Lyra :
“Eh, kamu Feb.. Ada apa? Tumben kamu kesini?”
Febri :
“Mmm.... Ada sesuatu yang harus kamu tahu...”
Lyra :
“Apa itu?”
Febri :
“Kamu liat aja ini...” (menyodorkan sebuah kamera digital)
Lyra :
(melihat – lihat) “Apa maksudnya ini?”
Febri :
“Maaf, Ra... Sebenarnya anak – anak melarangku memperlihatkan ini padamu..
Mereka nggak mau kamu terluka.. Tapi aku rasa kamu harus tahu..”
Lyra :
“Tolong jelaskan apa maksud foto ini?”
Febri :
“Maaf, Ra.. Reva mengkhianati kamu...”
Lyra :
“Maksudnya?”
Febri :
“Sejak lama dia suka sama Faizal.. Dia nyari – nyari cara untuk merebut Faizal
dari kamu..”
Lyra :
“Terus??”
Febri :
“Reva itu memfitnah Dara agar hubungan Faizal dan kamu menjauh.. Dan Reva ambil
kesempatan itu buat deketin Faizal.”
Lyra :
“Nggak mungkin! Mereka berdua nggak mungkin nglakuin itu.”
Febri :
“Tapi ini udah ada buktinya.”
Lyra : “Ah palingan ini cuma
foto biasa. Anak-anak kan emang narsis.” (Lyra tetap tak percaya)
Febri :
“Kamu nggak liat apa? Ini tuh foto mesra banget, bukan narsis!”
Lyra : “Udahlah, aku yakin
mereka nggak akan ngekhianatin aku. Mereka tuh orang-orang terbaikku.”
Febri :
“Ya udah kalo kamu nggak percaya. Aku pulang dulu. Maaf udah ganggu.”
Lyra :
“Ya..”
Febri pun pergi dari rumah Lyra. Sebenarnya
Lyra agak mengkhawatirkan perkataan Febri juga. Tapi prasangka buruknya tentang
Faizal dan Reva ia tepis jauh-jauh. Lyra yakin mereka nggak akan
mengkhianatinya. Ia tau, Reva adalah sahabat terbaiknya semenjak ia tinggal di
desa. Sedangkan Faizal, ia sangat menyayanginya. Lyra mencoba untuk berpositif
thinking.
*Ayah mendekati Lyra*
Ayah : “Nak, besok ayah nemenin kamu ambil hasil ujian ya?”
Ayah : “Nak, besok ayah nemenin kamu ambil hasil ujian ya?”
Lyra :
“Nggak ah... Biar aku sendiri aja..”
Ayah :
“Kok gitu? Biar ayah aja ya?”
Lyra :
“Aku bilang biar aku aja, yah..”
Ayah :
“Nak, kamu tahu Ayah ingin sekali menemani kamu ke sekolah..”
Lyra :
“Tapi aku nggak mau ayah.. Ayah di rumah aja lah..”
Ayah :
“Memangnya kenapa sih, nak?”
Lyra :
“Aku bukan anak kecil, ayah.. Aku malu kalau harus pergi sama Ayah.. Udah lah,
aku mau tidur..” (melangkah pergi)
Ayah : (terlihat sedih)
“Maafkan ayah, nak...”
Keesokan harinyaLyra berangkat sendiri ke
sekolah. Hatinya merasa bahagia dan optimis bahwa dia akan mendapat hasil yang
maksimal.
Satu per satu nama siswa dipanggil oleh
Bu Ratna.. Beragam ekspresi tersirat dari wajah mereka – mereka yang telah
menerima hasil ujian. Kini giliran Lyra. Saat membuka hasil ujiannya, Lyra
tersenyum girang. Tak sia – sia usahanya selama ini.
Ahkirnya Lyra mengambil surat kelulusan
sendiri tanpa ditemani sang ayah. Dan
harapannya pun terwujud. Lyra berhasil lulus ujian dengan nilai yang lumayan
memuaskan. Lyra sudah menduga hal itu. Karna dia memang sangat berusaha keras
demi lulus ujian.
Lyra sangat bersemangat pulang.Ia
ingin cepat-cepat menunjukkan pada ayahnya bahwa ia lulus ujian.Sepanjang
perjalanan, Lyra membayangkan masa depannya. Ia ingin ke kota, dan hidup di
sana seperti dulu. Lyra sudah bosan menjadi gadis desa!
Dalam perjalanan pulang, Lyra
melihat dua sosok yang sangat dikenalnya sedang berduaan di sebuah taman.
Mereka adalah Faizal dan Reva. Mereka
berdua terlihat sangat mesra layaknya sepasang kekasih. Hati Lyra merasa
panas, dia pun menghampiri mereka berdua dengan penuh amarah.
Reva : (terkejut) “Ly..Lyra..???”
Faizal : (terkejut juga melihat Lyra)
Lyra : Oh jadi gini ya?? Selama ini kalian main
di belakangku?”
Faizal : ”Lyra..”
Lyra : “Ternyata bener kata orang-orang. Kalian
jahat, pengkhianat! Bego banget aku, tetep percaya sama kalian yang udah
nghianatin aku terang-terangan.”
Reva : “Bukan gitu Ra...”
Lyra : “Trus apa? Kamu, aku pikir kamu sahabat
terbaikku. Tapi kamu malah menghianati kepercayaanku! Sahabat macam apa!!”
Faizal : “Tunggu Ra, aku bisa jelasin ini semua.”
Lyra : “Apa lagi?? Semuanya udah jelas. Kita
putus!”
Faizal : “Tapi Ra...!”
Lyra : “Kamu brengsek! Aku benci semua cowok di
dunia ini!!”
Lyra pun pergi meninggalkan taman sambil menangis. Saat itu, yang ada
di pikirannya hanyalah Ayahnya. Lyra sangat merindukan Ayahnya seperti dulu.
Dia sadar, Ayahlah satu-satunya orang yang sangat mencintainya dengan tulus.
Lyra sadar, bahwa Ayahlah yang telah
melimpahkan kasih sayang abadi untuknya. Saat itu Lyra merasa ingin memeluk
Ayah lagi dan meminta maaf atas segala kelakuannya yang keliru selama ini.
Lyra
pulang menuju rumah nenek sambil menahan tangis. Ia ingin cepat-cepat bertemu
dengan Ayah. Rumah nenek sudah semakin dekat. Lyra melihat banyak orang
berdatangan ramai ke rumah nenek. Apa yang terjadi?
Firasat Lyra berkata buruk. Sambil menggenggam erat kertas
kelulusannya, Lyra berlari masuk ke rumah. Dada Lyra terasa sesak.
Rasanya semua beban hilang dari hidup
Lyra. Bayang – bayang masa depan nan cerah menyelimuti pikirannya. Ia akan
mencari pekerjaan di kota dan membawa nenek serta ayahnya ke kota. Mereka akan
hidup bahagia. Hidup yang selama ini diidam – idamkan olehnya. Hidup sesuai
keinginannya. Pasti akan sangat bahagia jika itu semua terwujud.
Lyra :
“Ada apa ini?”
Orang1 :
“Yang sabar ya, Ra..”
Lyra :
“Ada apa sih?”
Orang2 :
“Saya turut berduka cita, Lyra..”
Lyra :
“Apa??” (segera masuk ke dalam rumah) “nenek, ayah...”
Nenek :
“Lyra... sayang..”
Lyra :
“Itu siapa, nek?” (memandang sesosok jasad yang terbujur kaku)
Nenek :
“Yang sabar ya, sayang...”
Lyra :
“Ayah mana, nek?” (matanya berkaca – kaca)
Nenek :
“Itu ayah kamu, sayang...”
Lyra :
“Nggak... nggak mungkin...”
Nenek :
“Ayah kamu meninggal sayang...”
Lyra : “Nggak.. Itu bukan
ayah...” (perlahan air mata mengalir membasahi pipi Lyra)
Nenek :
“Ayahmu meninggal saat ia mencoba bangkit dari kursi roda. Dia terbentur benda
tumpul sayang... Ayahmu meninggal...”
Lyra :
“Nggak!! Nenek bohong!! Ini bukan Ayah!!” (membuka kain yang menutup wajah
ayahnya)
Nenek :
(menatap kasihan pada cucunya)
Lyra : “Ayah...? Kenapa ayah disini? Ayah... ini
sudah siang... kenapa ayah tidur disini? Ayah,, bangun, ayah.. malu... Ayah
dilihatin orang banyak.. Kenapa Ayah tidur disini?? (air mata mengucur deras
membasahi pipi Lyra)
Nenek : “Lyra...”
Lyra : “Ayah... Ayah bangun... Ayah bangun!!”
Nenek : “Sudah, sayang.. sudah...” (menangis)
Lyra :
(mengeluarkan surat kelulusan) “Ayah... Ayah lihat... Aku lulus, Ayah.. Aku
lulus.. Ayah, kita akan pindah ke kota.. Aku akan cari kerja buat ayah.. Ayah,
ayah nggak perlu menepati janji Ayah... Waktu itu aku bercanda, ayah... Ayah
bangun... Ayaaaaaahhhhhh!!!”
Nenek :
(memeluk cucunya erat) “Sudah, Lyra.. kasihan ayahmu...”
Lyra : “Ayaahhhh.... Maafin
aku,,... Jangan tinggalkan aku... Ayah banguunnnn...!!”
Lyra begitu terpukul atas kepergian ayahnya.. Musnah sudah semua angan
– angan indah kehidupan barunya bersama Ayahnya... Yang tersisa hanyalah
serpihan penyesalan atas kelakuannya dulu.
Dengan berlinang air mata, Lyra menulis surat untuk ayahnya di surga..
SURAT CINTA UNTUK AYAH
Terhatur
Ayahku Tercinta,
Ayah, tiba-tiba tanganku bergerak ingin menulis sesuatu untukmu. Aku tak tau harus menulis apa, jadilah aku menulis surat yang berisi hidupmu.
Hei Ayah, apakah kau tau bahwa surat ini adalah surat pertama yang ku tulis?
Ayah, tiba-tiba tanganku bergerak ingin menulis sesuatu untukmu. Aku tak tau harus menulis apa, jadilah aku menulis surat yang berisi hidupmu.
Hei Ayah, apakah kau tau bahwa surat ini adalah surat pertama yang ku tulis?
Ya,
ini surat pertama dan surat cinta pertamaku. Cinta? Ya…Kau cinta pertamaku.
Bagaimana tidak? Kau slalu hadir di hari-hariku.
Bagaimana tidak? Kau slalu hadir di hari-hariku.
Menemani
sepi, sedih dan tentu bahagiaku. Dan karna kehadiranmu tanpa absen itu
membuatku tumbuh menjadi gadis kecil yang manja.
Bahkan
diam-diam aku cemburu, karna kau sangat setia pada Ibu, meskipun dia telah
tiada sejak aku lahir ke dunia.
Kau
cinta pertamaku, Ayah.
Aku
masih ingat ketika Kau mengajariku menulis.
Diatas
kertas putih polos tak tersentuh itu kau menuliskan huruf-huruf dan kemudian
menjadi rangkaian kalimat. Aku akan menulis ulang di bawah tulisanmu itu.
Sekarang
aku mengerti kenapa kau mengajariku, karna kau ingin menerima surat dariku
bukan?
Ya, ini aku Ayah. Gadis manjamu yang slalu cemberut saat Kau tak menuruti permintaan anehnya. Tapi dengan ajaibnya Kau mampu mengubahnya dengan senyuman.
Kini aku tak lagi manja, Ayah. Aku jadi kuat karenamu. Nasihatmu yang terkadang membosankan itu ternyata peringatan berharga untukku.
Aku sudah tak manja lagi, Ayah.
Ya, ini aku Ayah. Gadis manjamu yang slalu cemberut saat Kau tak menuruti permintaan anehnya. Tapi dengan ajaibnya Kau mampu mengubahnya dengan senyuman.
Kini aku tak lagi manja, Ayah. Aku jadi kuat karenamu. Nasihatmu yang terkadang membosankan itu ternyata peringatan berharga untukku.
Aku sudah tak manja lagi, Ayah.
Sejak
Kau mengajariku membantumu mencari uang. Aku masih ingat saat itu kau ‘lumpuh
total’ dan aku pun ikut ‘lumpuh’.
Kau memaksaku tinggal di desa bersama Nenek dan meninggalkanku meninggalkan sahabat-sahabat kotaku.
Kau memaksaku tinggal di desa bersama Nenek dan meninggalkanku meninggalkan sahabat-sahabat kotaku.
Saat
itu Kau jahat, Ayah!!! Dimataku saat itu Kau adalah seorang lelaki payah!! Yang
tak dapat memberikan kebahagiaan untuk anaknya.
Tapi aku sadar, aku salah. Saat menyadari kebahagiaan iu bukan dari harta yang kita punya. Api dari diri kita sendiri.
Tapi aku sadar, aku salah. Saat menyadari kebahagiaan iu bukan dari harta yang kita punya. Api dari diri kita sendiri.
Kau meninggalkan aku bersama nenek. Setiap hari aku menangis karna merindukanmu.
Hingga
suatu malam aku menangis di pinggir sungai desa. Dan apa yang kulihat?
Kunang-kunang!
Makhluk cantik yang hanya aku lihat di buku-buku mahalmu itu. Tadinya hanya ada beberapa ekor. Tapi lama-lama menjadi banyak.
Makhluk cantik yang hanya aku lihat di buku-buku mahalmu itu. Tadinya hanya ada beberapa ekor. Tapi lama-lama menjadi banyak.
Aku
tau…Kau yang mengirimkannya untukku, bukan?
Tak
lama setelah itui kau datang, Ayah. Hasratku untuk bermanja denganmu muncul.
Padahal aku sudah 18 tahun waktu itu.
Dan saat itu pun aku tengah jatuh cinta pada seorang pemuda, Ayah. Padahal ujian sudah dekat dan membuat konsentrasiku berkurang.
Lalu Kau mengingatkanku, agar aku memperhatikan sekolahku
Dan saat itu pun aku tengah jatuh cinta pada seorang pemuda, Ayah. Padahal ujian sudah dekat dan membuat konsentrasiku berkurang.
Lalu Kau mengingatkanku, agar aku memperhatikan sekolahku
Dengan wajah cekungmu yang kelelahan itu Kau
mencoba tersenyum. Tapi entah mengapa aku membalasnya dengan kata-kata yang
sangat kasar.
Maaf Ayah….
Aku sadar aku hanya bisa meminta, menuntut darimu. Namun aku tak memberikan sesuatu yang seharusnya aku berikan untukmu. Aku slalu menuntut hak ku, tapi tak pernah menjalankan kewajibanku.
Maaf Ayah….
Aku sadar aku hanya bisa meminta, menuntut darimu. Namun aku tak memberikan sesuatu yang seharusnya aku berikan untukmu. Aku slalu menuntut hak ku, tapi tak pernah menjalankan kewajibanku.
Sampai-sampai
kau berjanji tak akan menggangguku lagi jika aku lulus ujian.
Maaf Ayah…
Maaf Ayah…
Saat
itu aku bilang kau ‘Ayah Terburuk’. Padahal sudah jelas, kau Ayah terbaik nomor
satu di dunia.
Mungkin hatimu sakit mendengarnya, tapi kenapa kau malah tersenyum?
Mungkin hatimu sakit mendengarnya, tapi kenapa kau malah tersenyum?
Ayah,
saat aku benar-benar mencintai seorang lelaki, kenapa ia mengkhianatiku?
Apa
cintanya palsu?
Kenapa
cintanya tak seperti kasih tulusmu?
Saat
itu aku sadar, Ayah..
Kaulah
satu-satunya lelaki yang memberiku kasih sayang abadi..
Kaulah
cinta pertama dan sejatiku, Ayah..
Tapi
kenapa saat aku ingin kembali padamu, saat aku ingin memelukmu lagi,
Kau
malah pergi meninggalkanku, Ayah?
Kau
pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya..
Taukah
Ayah, saat itu aku benar-benar sangat hancur.
Aku
tak tau apa aku bisa melewati hidup yang berat ini tanpamu..
Aku jatuh, dan duduk di tanah. Kakiku tak kuat lagi menahan beban yang ada.
Air
mata membanjiri wajahku. Namun mulutku tak lagi memanggilmu.
Aku
menangis dalam diam.
Tahukah kau Ayah, kenapa aku begitu?
Tahukah kau Ayah, kenapa aku begitu?
Karna
aku sadar, itu semua salahku! Aku memaksamu untuk beranji padaku dan Tuhan
untuk tak lagi menggangguku. Dan itu ternyata SELAMANYA…!!!
Dan…ternyata Tuhan mendengar janjimu, dan mengabulkannya.
Seharusnya aku tau…kau selalu tepat akan janjimu.
Air mataku tak terbendung saat melihat tubuh kakumu. Ku sentuh kulitmu yang kaku itu, dinginnn. Beda sekali dengan sentuhan hangatmu.
Ku kecup pipimu, berharap kelopak mata itu terbuka sedikiiitt saja. Seperti dulu, saat ku kecup pipimu untuk membangunkanmu dari tidurmu.
Ayahhh…kenapa kau tidur?? Apakah kau mimpi indah?
Dan…ternyata Tuhan mendengar janjimu, dan mengabulkannya.
Seharusnya aku tau…kau selalu tepat akan janjimu.
Air mataku tak terbendung saat melihat tubuh kakumu. Ku sentuh kulitmu yang kaku itu, dinginnn. Beda sekali dengan sentuhan hangatmu.
Ku kecup pipimu, berharap kelopak mata itu terbuka sedikiiitt saja. Seperti dulu, saat ku kecup pipimu untuk membangunkanmu dari tidurmu.
Ayahhh…kenapa kau tidur?? Apakah kau mimpi indah?
Sepertinya
iya. Karna ku lihat raut wajahmu seperti biasanya. Bibirmu seperti terangkat,
menandakan bahwa kau tersenyum.
Aku memelukmu, Ayah. Namun tak lagi ku dengar suara detak jantungmu. Tak lagi kudengar darahmu mengalir di balik kulitmu.
Kau sudah tiada ya Ayahhh…?? Tapi aku janji…kau akan slalu hidup di hatiku.
Lalu tiba saatnya ragamu menjauh dariku. Di timbun oleh tanah merah yang dingin itu. Aku hanya diam. Tak tahu harus bagaimana.
Aku memelukmu, Ayah. Namun tak lagi ku dengar suara detak jantungmu. Tak lagi kudengar darahmu mengalir di balik kulitmu.
Kau sudah tiada ya Ayahhh…?? Tapi aku janji…kau akan slalu hidup di hatiku.
Lalu tiba saatnya ragamu menjauh dariku. Di timbun oleh tanah merah yang dingin itu. Aku hanya diam. Tak tahu harus bagaimana.
Yang
aku pikirkan saat itu, aku hanya ingin bersamamu. Bolehkah aku menemanimu??
Ayahh…Temanku, sahabatku, cinta pertamaku…Maafkan aku…Aku hanya ingin kau tau, Ayah…Aku merindukanmu…Aku mencintaimu….
Gadis Manjamu,
Ayahh…Temanku, sahabatku, cinta pertamaku…Maafkan aku…Aku hanya ingin kau tau, Ayah…Aku merindukanmu…Aku mencintaimu….
Gadis Manjamu,
Lyra
♫♫♫
Diposting oleh Mahkota Bunga di 00.43 0 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)