BLOGGER TEMPLATES Funny Pictures

Sabtu, 15 Februari 2014

The Reason I choose IPB

                Masa-masa kelas XII adalah masa-masa galau menentukan masa depan. Pertanyaan tentang masa depan dan perguruan tinggi tujuan datang bertubi-tubi, entah dari orang lain, maupun dari diri sendiri. Bagi yang sudah matang merencanakan masa depan mungkin bisa dengan enteng menjawabnya. Tapi bagi yang belum, apakah kalian merasa kesal dihantui pertanyaan serupa hampir setiap hari?
                Saya juga sama. Dulu, saya juga sempat galau menentukan tempat di mana saya akan melanjutkan belajar. Sebenarnya dari kelas X saya sudah mantap ingin masuk jurusan Teknik Informatika. Tapi lama-lama saya bosan belajar informatika yang penuh dengan algoritma dan semacamnya yang membuat saya pusing . Saya pun beralih minat ke psikologi, karena saya memang suka menjadi tempat curahan hati teman. Tapi melihat peluang ke depannya, sepertinya menjadi psikolog tidak begitu menjamin untuk saya. Pasalnya, menjadi psikolog hanya cocok bila di kota-kota besar. Sedangkan saya tidak berminat tinggal di kota besar, saya hanya ingin tinggal tenteram mengabdi di Banjarnegara (cie). Jadi kemungkinannya kecil orang-orang desa mencari psikolog saat bermasalah.
                Selain itu, saya juga ingin masuk Sastra Nusantara UGM. Kedengarannya keren ya sastra nusantara gitu. Tapi masuk sastra, mau jadi apa? Saya pikir, masuk sastra kalau cuma punya bakat setengah-setengah akan sia-sia. Sastrawan terkenal adalah para sastrawan yang hebat-hebat di bidangnya. Kalau saya, saya bisa apa? Lagi pula, di jalur SNMPTN undangan tidak diperbolehkan untuk lintas jurusa. Karena saya dari IPA, jadi saya harus memilih jurusan di bidang IPA juga. Saya pun harus mengubur keinginan saya terhadap jurusan-jurusan bidang IPS. Btw saya juga sempat tertarik jurusan Ilmu Komunikasi, padahal saya kurang suka berbicara di depan umum.
                Waktu pendaftaran SNMPTN pun semakin dekat, dan saya belum memutuskan perguruan tinggi dan jurusan apa yang akan sayaa ambil. Saya pun banyak berdiskusi dengan orang tua, teman, kakak kelas, dan mencari info-info dari internet. Orang tua saya menyerahkan penuh keputusan kepada saya, mereka tidak ingin memaksa saya menjadi apa yang mereka mau. Mereka hanya mengarahkan yang terbaik untuk saya sesuai pilihan hati saya sendiri. Tapi ayah saya menyarankan untuk menjadi guru. Mungkin beliau ingin saya mendapat pekerjaan yang pasti dan jadi PNS. Memang sih guru adalah pekerjaan yang mulia. Tapi saya merasa passion saya tidak di situ. Namun saya tetap memilih Universitas dengan jurusan pendidikan, walaupun hanya di pilihan ke dua.
                Sementara itu, saya masih bingung memikirkan perguruan tinggi mana yang akan saya jadikan pilihan pertama. Kalau secara kualitas dan ketenaran, saya memang berniat memilih UGM. Apalagi melihat jejak kakak-kakak kelas saya yang banyak diterima di sana, saya menjadi percaya diri hehe. Namun entah kenapa sangat sulit menentukan jurusan yang sesuai dengan hati saya. Saya sempat berkali-kali berubah pikiran tentang jurusan yang akan saya pilih di UGM. Ingin kehutanan, tapi takut berat fisiknya. Ingin ilmu komputer, tapi takut ribet. Ingin kedokteran hewan, tapi takut ular. Akhirnya, saya berniat memilih  jurusan di bidang pertanian, yaitu Agribisnis dan Agronomi, ya walaupun masih ragu-ragu.
                Selang beberapa hari kemudian, sebuah pencerahan datang. Tim sosialisasi dari IPB datang SMA saya bersama para alumni SMA yang sekarang berkuliah di IPB. Spesialnya lagi, Rektor IPB yang merupakan alumni SMA N 1 Banjarnegara turut hadir menjadi pembicara dalam sosialisasi dan menjadi pembina upacara. Saya begitu terkesan dengan pembawaannya yang kharismatik dan wibawanya yang keluar saat berbicara di depan umum. Saya terbius oleh kata-katanya. Saya terharu, beliau yang seorang anak dari desa di sebuah kabupaten kecil Banjarnegara, yang tidak banyak orang tau, ternyata sanggup menjadi Rektor IPB, salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia. Dan entah kenapa saya sempat meneteskan air mata (ini rahasia ya :malu: ). Mungkin bisa dibilang lebay, tapi saya memang merasakan sesuatu yang aneh, yang merasuk diri saya, yang membuat saya tergugah untuk meraih cita-cita saya setinggi mungkin dan tergugah untuk memajukan pertanian demi kelangsungan hidup bangsa yang lebih baik.
                Saya sadar, pertanian memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa pertanian, orang tidak punya bahan untuk dimakan. Kalau sudah begitu, mungkin lama-lama orang akan mati kelaparan. Namun sayangnya, sektor pertanian di negeri ini masih dalam kondisi yang memprihatinkan. Banyaknya impor bahan pangan dari luar negeri sangat kontras dengan Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Mungkin lama-kelamaan Indonesia bukan negara agraris lagi. Belum lagi keadaan petani yang jauh dari sejahtera menyebabkan banyak orang lebih memilih untuk bekerja di sektor lain daripada menjadi seorang petani. Lalu, siapa lagi yang akan mengolah lahan pertanian? Lahan pertanian pun dikonversi menjadi bangunan-bangunan, permukiman, jalan tol, dsb. Maka tidak heran jika kondisi pertanian menjadi mengkhawatirkan.
                Selama menjadi anggota Kelompok Ilmiah Remaja di SMA, bidang yang paling sering saya teliti adalah bidang pertanian. Saya melakukan penelitian pada lahan kentang di Dieng. Dari situlah saya melihat langsung betapa beratnya tanggungan petani sedangkan apa yang mereka dapatkan sangat sedikit. Oke lah tidak usah berpanjang-panjang lagi menceritakan tentang mirisnya kondisi pertanian, intinya saya ingin terjun ke bidang pertanian, mengubah pertanian dan para petani menjadi lebih sejahtera.
Mungkin banyak yang menganggap pertanian adalah sesuatu yang kuno, tidak ngetrend, dan kotor.  Tapi saya memandang sektor pertanian mempunyai peluang yang cukup besar. Apalagi melihat banyak alumni IPB yang menjadi orang besar, sudah tidak diragukan lagi kualitas IPB terutama di bidang pertanian.
                Saya mulai memantapkan hati untuk memilih IPB. Hanya satu hal yang membuat saya galau: jarak. Banjarnegara-Bogor jaraknya lumayan jauh, sekitar 12 jam jika ditempuh dengan bis. Dibandingkan dengan Bogor, Yogyakarta atau Semarang memang lebih terjangkau bagi saya, apalagi saya sering sakit dan tak bisa jauh dari orang tua. Tapi orang tua saya meyakinkan saya kalau saya bisa dan saya kuat. Ya, merekalah kekuatan terbesar saya.
                Tanggal 19 Februari 2013, tepat hari ulang tahun yang ke-18, saya mendaftar SNMPTN. Setelah berhari-hari melakukan sholat istikharah dan mempertimbangkan matang-matang, akhirnya saya mantap memilih IPB di pilihan pertama dengan prodi Teknologi Industri Pertanian – Agronomi dan Hortikultura. Sementara di pilihan kedua, saya memilih Pendidikan Kimia – Pendidikan Matematika UNNES.
                Tepat hari Senin, 27 Mei 2013, hasil SNMPTN diumumkan. Waktu itu bertepatan dengan hari pelepasan dan wisuda di SMA saya. Pukul 16.00 saya membuka web SNMPTN, dan Alhamdulillah saya diterima di IPB jurusan Teknologi Industri Pertanian, pilihan pertama saya. Sementara itu, beberapa hari sebelumnya saya juga dinyatakan lolos seleksi tahap I STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistika).
                Memang sudah takdir saya untuk berada di IPB, saya tidak lolos seleksi tahap II STIS. Saya tidak menyesalinya, karena saya sudah terlanjur cinta dengan IPB. Bagi saya, IPB adalah tempat terbaik. IPB adalah jembatan yang harus saya lalui untuk meraih mimpi-mimpi saya dan memajukan bangsa Indonesia, terutama di bidang Pertanian. Semoga Allah memeluk mimpi-mimpi saya dan memudahkan saya untuk meraihnya. Aamiin.

0 komentar: