BLOGGER TEMPLATES Funny Pictures

Sabtu, 15 Februari 2014

BTS of Matrikulasi



          IPB memang kampus spesial, beerbeda dari kampus-kampus lain. Di IPB, mahasiswa baru  yang diterima lewat jalur undangan berhak mendapat matrikulasi selama sebulan. Matrikulasi merupakan kuliah ‘hadiah’ bagi mahasiswa yang diterima via jalur SNMPTN untuk meringankan beban kuliah di masa kuliah reguler nanti (kalau lulus).  Hanya ada empat macam mata kuliah yang diberikan untuk matrikulasi, yaitu Landasan Matematika, Fisika, Fisika Dasar, dan Kimia Umum. Pembagian Mata Kuliah tersebut sesuai dengan Fakultas masing-masing. Untuk Landasan Matematika (kelas P): Faperta, FKH, FPIK (kecuali ITK), Fapet, Fahutan (kecuali MNH), Biologi, dan Ilmu Gizi; Fisika (kelas Q): Manajemen Hutan, FATETA, dan FMIPA (kecuali Biologi dan Fisika); Fisika Dasar (kelas Q): ITK dan Fisika; Kimia Umum (kelas R & S): FEM dan FEMA (kecuali Ilmu Gizi).
Sesuai dengan jurusan saya, Teknologi Industri Pertanian (FATETA), saya mendapat mata kuliah fisika untuk matrikulasi. Menurut pendapat kakak-kakak kelas, mata kuliah fisika dan fisika dasar memang yang paling berat dan padat. Ada kuliah, responsi, dan praktikum. Bahkan hari Sabtu pun tetap ada kuliah. Tapi ada untungnya juga, kalau sudah lulus di matrikulasi jadi lebih ringan di kuliah reguler nanti karena berkurang 3 SKS.
 Matrikulasi dimulai hari Senin, 1 Juli 2013 sampai 30 Juli 2013, sebulan penuh. Saya mendapat kelas di Q02. Hari pertama masuk, kami disambut oleh dua kakak senior yang memberi bimbingan tentang sistem kuliah di sini.  Kami juga melakukan pemilihan Komti (komandan tingkat), semacam ketua kelas kalau di sekolah. Jujur saya saat itu saya masih bingung, belum mengenal siapapun. Tidak ada teman selorong maupun sedaerah yang sekelas. Saya juga bukan tipe anak yang mudah bergaul, kecuali orang lain yang mendekati saya lebih dulu.
Hari itu juga, saya langsung mendapat kuliah dari Dosen. Tidak ada santai-santai hari pertama seperti masa-masa sekolah dulu. Beruntung, saya mendapat Dosen yang enak dan baik, Pak Dahlan. Beliau sangat pintar dan berwibawa, dalam menerangkan juga cukup jelas. Kadang-kadang dalam kuliah, beliau menyisipkan pesan-pesan moral untuk pendidikan karakter maupun akhlak kami. Benar-benar tidak seperti dugaan awal saya yang mengira Dosen hanyalah pengajar bukan pendidik. Ternyata, cita-cita awal beliau memang menjadi seorang Guru, bukan Dosen.
Di kelas saya, ada sekitar 60-an anak yang dominan dari FATETA dan FMIPA. Kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok tugas yang berjumlah sepuluh orang dalam satu kelompok. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan pada urutan NIM, kebetulan kelompok saya terdiri dari anak-anak ITP dan TIN, 3 laki-laki dan 7 perempuan termasuk saya. Dari tampang, saya bisa melihat mereka adalah anak-anak pintar. Saya pun minder. Tapi mereka baik dan tidak sombong. Saya jadi termotivasi untuk lebih giat belajar.
Setiap kuliah, kami diberi tugas yang harus dikumpulkan sebelum kuliah selanjutnya dimulai. Saat itu benar-benar masa-masa sibuk, karena kami hampir setiap hari kerja kelompok untuk mengerjakan tugas. Berbeda dengan anak LM yang tak sesibuk ini, apalagi Kimum yang hanya kuliah 3 hari dalam seminggu tanpa responsi dan praktikum. Anak-anak kelas Q memang perlu perjuangan dan tenaga lebih dari yang lain, tapi saya bangga menjadi anak kelas Q. J
Selain tugas kuliah, kami juga diberi tugas praktikum berupa Tugas Pendahuluan sebelum praktikum dan laporan sesudah praktikum. Nah, tugas laporan inilah yang cukup menguras tenaga, karena setiap minggu ada dua laporan yang harus dikumpulkan. Tapi masih mending dibandingkan saat di akuliah reguler nanti. Jadi bersyukurlah bagi yang mendapat matrikulasi fisika. Pasalnya, anak-anak non undangan yang mendapat mata kuliah fisika di reguler selain Tugas Pendahuluan dan laporan juga harus membuat rancangan kerja.
Dalam praktikum, satu kelas dibagi menjadi dua lab, dan satu lab dibagi menjadi 11 kelompok. Kebetulan, saya satu kelompok dengan orang Batak dan orang Bogor. Setiap praktikum, ada kakak Asprak (asisten praktikum) yang mendampingi kami. Beruntung, kelas kami mendapat kakak-kakak asprak yang baik. Nilai praktikum benar-benar sangat membantu nilai akhir, yang penting kita serius mengerjakan laporan dan tugas, serta berkelakuan yang baik,
Tepat hari Minggu tanggal 7 Juli 2013, saya bersama teman-teman lorong jalan-jalan ke pasar kaget di sebelah kampus. Setiap hari Minggu memang selalu ada pasar kaget yang berdiri di pinggir jalan, tepatnya di Bara (Babakan Raya). Jalan Bara yang sudah sempit pun bertambah sesak. Hari itu pertama kalinya saya kesana karena penasaran dengan harga-harganya yang katanya murah. Saya pun membeli toples kecil dan hanger. Kemudian saya dan teman-teman melihat-lihat lapak-lapak yang ada di sana. Memang lumayan murah sih, tapi entah dengan kualitasnya.
Dalam perjalanan, saya sengaja memindahkan HP dari saku celana ke kantong tas saya, karena takut terjatuh jika diletakkan di saku. Namun sayangnya, saya terlalu ceroboh. Saat saya sadar, HP itu sudah hilang dari saku tas beserta uang 21ribu. Tidak salah lagi, pasti dicopet, karena tak lama kemudian nomernya sudah tidak aktif lagi. Walaupun HP saya gak bagus-bagus amat, tapi yang paling disayangkan adalah nomernya, kontak, dan kenangannya (:v). Mungkin ini pertanda saya harus move on (eh). Untungnya saya tidak menaruh dompet di saku kecil, tapi di saku dalam. Kalau dompetnya juga ikut hilang, entah apa jadinya saya. Untungnya lagi, saya masih punya satu HP, walaupun jadul. Ya, segalanya memang harus disyukuri. Kenyataan sepahit apapun, pasti ada hal kecil yang patut untuk disyukuri.
Tanggal 10 Juli 2013, hari pertama di bulan Ramadhan. Kali pertama saya melewati Ramadhan tanpa keluarga. Kali pertama saya menikmati Ramadhan sebagai “insan asrama” bersama keluarga baru saya di sini. Ramadhan kali ini memang bukan Ramadhan biasa. Saya menemukan esensi berbeda, yang cukup mendalam dari Ramadhan kali ini. Mungkin karena suasana kampus terutama asrama yang begitu religius. Setiap sahur ada yang membangunkan, sahur bersama, sholat subuh berjamaah dilanjut membaca Al Ma’surat, buka bersama, sholat isya dan tarawih berjamaah, serta tausyiah. Banyak sekali ilmu dan hikmah yang saya dapatkan di sini.
Saya jadi teringat saat Bulan Ramadhan di rumah, setiap hari Ibu selalu memasak untuk sahur dan buka puasa. Masakan ibu memang paling juara. Tapi di sini, saya harus mencari makan sendiri untuk buka puasa. Untungnya untuk sahur ada jasa catering yang siap mengantar makanan sampai kamar. Saya bersyukur bisa merasakan matrikulasi di sini.
Bulan Ramadhan di IPB semakin berkesan dengan adanya UTS dan UAS. Baru dua minggu kuliah, kami sudah harus menghadapi UTS. Rasanya waktu seperti berputar lebih cepat. UTS adalah ujian pertama kami di IPB. Karenanya, kami harus mempersiapkan dengan matang, benar-benar dengan matang. IPB merupakan kampus bersih, termasuk bersih dari kecurangan akademik atau mencontek. Karena itu, tidak ada yang bisa diandalkan selain diri sendiri. Mencontek adalah hal paling fatal jika dilakukan di IPB. Itulah yang membuat saya nyaman berada di sini. Saya merasa semuanya adil karena hasil ujian adalah hasil kerja keras kita sendiri. Memang saya bukan yang terbaik, saya juga bukan yang paling pintar, tapi saya merasa ikhlas ujian karena di sekitar saya tidak ada kecurangan. Inilah keadaan yang saya dambakan dari dulu.
Dua minggu kemudian, UAS pun datang. Saya merasa senang sekaligus sedih. Senang karena sebentar lagi pulang, dan sedih karena UAS yang berarti kebersamaan kami selama sebulan akan terpisah sementara. Padahal saya sudah mulai nyaman berada di sini. Tapi, saya sangat rindu keluarga saya.
Tanggal 31 Juli, saya pun pulang ke Banjarnegara bersama teman-teman dan kakak-kakak IKAMABARA. Kepulangan saya disambut suka cita oleh keluarga saya. Saya senang, terharu, karena saya telah melaksanakan matrikulasi dengan hasil yang cukup baik. Alhamdulillah saya mendapat AB, walaupun mepet-mepet, hehe. Saya bersyukur bisa merasakan matrikulasi. Mungkin teman-teman yang lain masih berkumpul dengan keluarganya, masih santai liburan di rumah, masih tanpa beban kuliah. Tapi saya di sini sudah memulai dulu, memulai hidup dengan keluarga baru.
Sebulan matrikulasi yang sangat berarti. Tiga minggu Ramadhan sebagai insan asrama. Sungguh, pengalaman yang takkan terlupakan. Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari Generasi Emas IPB. Saya pun yakin akan ada banyak pengalaman di depan saya nanti. Inilah jembatan saya, jembatan untuk menuju masa depan saya yang cemerlang. Semoga Allah senantiasa membimbing dan memudahkan jalan saya. Aamiin.

251213

0 komentar: